Harga Premium dan Solar Turun

Indonesia-Tahun baru 2015 pemerintah memeberikan gebrakan baru. Bukan satu kebijakan saja melainkan dua kebijakan tentangg energi di keluarkan.

Pertama, pemerintah menghapus subsidi untuk BBM RON 88 alias premium. Kedua, pemerintah memberlakukan subsidi tetap atau fixed subsidi Rp 1.000 per liter untuk solar.
Dua kebijakan itu membuat harga premium dan solar naik dan turun bak Pertamax. Untuk memuluskan kebijakan itu, pemerintah akan mengumumkan harga patokan dasar BBM setiap awal tahun. Harga dasar merupakan satu dari beberapa komponen untuk menentukan harga jual BBM ke konsumen. Selain harga dasar, ada pula pajak-pajak dan biaya distribusi.
"Pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM akan mengeluarkan harga dasar BBM. Ini dilakukan setiap awal bulan," kata Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (31/12/2014).
Menurutnya, formula harga premium adalah harga dasar ditambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) plus Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) ditambah margin usaha. Sementara Solar, formulanya harga dasar ditambah PPN ditambah PBBKB dan dikurangi subsidi Rp 1.000/liter.
"Walau tanpa subsidi, pemerintah tetap menetapkan harga BBM. Jadi tidak melanggar putusan MK," ujar Sudirman.
Dengan disubsidi Rp 1.000 per liter, berpatokan harga minyak dunia Rp 65 per barel dan kurs Rp 12.500 per dolar AS. Maka harga solar saat ini Rp 7.250, sedangkan premium Rp 7.600 per liter.
Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) sumringah dengan kebijakan pemerintah. Dwi menilai kebijakan ini akan membuat kinerja keuangan BUMN migas itu lebih baik. "Kita memang harus berkembang. Fokus kita untuk investasi," kata Dwi.
Ia menjelaskan, Pertamina akan menggenjot kapasitas dan membangun kilang minyak. "Investasi kita di storage dan kilang. Kemudian persiapan untuk percepatan pengembangan di hulu," katanya seraya mengemukakan, Pertamina akan menjual BBM sesuai harga pasar. 
Dwi menambahkan, Pertamina juga menyambut baik lonjakan margin untuk SPBU hingga 17 persen. Ia berharap, SPBU bisa memberi pelayanan yang lebih baik.
"Kalau yang lalu Rp 240/liter, hitung saja 17 persen berapa. Itu yang akan kita berikan ke depan. Mudah-mudahan SPBU juga jadi lebih baik," tuturnya.
Infrastruktur Penghapusan subsidi untuk premium membuat kantong pemerintah menggelembung. Dana penghematan karena tidak adanya subsidi premium akan dialihkan untuk kegiatan bisnis perseroan, terutama pembangunan infrastruktur. "Investasi kita di storage, lalu di kilang di upgrade," ucap Dwi.
Untuk diketahui, BBM jenis premium dibagi menjadi dua kategori, yaitu BBM khusus penugasan yaitu wilayah luar Jawa Madura dan Bali (Jamali). Sedangkan, BBM umum untuk wilayah Jamali. Pendistribusi premiun di luar Jamali, Pertamina mendapatkan biaya distribusi dari pemerintah. Sebagai pengalih, dari subsidi premium.
"BBM ke luar Jawa termasuk ke Papua itu kita kan butuh ongkos angkut. Oleh karena itu ongkos angkut sudah termasuk di situ," paparnya.
Pertamina berencana menurunkan harga BBM jenis Pertamax pada 2015. Penurunan harga Pertamax tersebut agar selisih harga dengan Premium tidak terlalu jauh.
"Kemungkinan harga Pertamax jadi Rp 8.750 per liter. Ini nanti, mulai 2 atau 3 Januari 2015," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina, Ahmad Bambang.
Ia menjelaskan, semenjak harga premium mendekati harga pertamax, konsumsi pertamax meningkat pesat. Padahal,  harga Pertamax saat ini di level Rp 9.950 per liter.
"Ada pergesaran besar, kejadian akhir tahun harga Pertamax ke Premium semakin dekat terjadi peralihan ke Pertamax, kenaikannya di atas 300 persen,"
dikutip dari situs Tribun News

Komentar